(Part 2) Etika Guru Menurut Imam Nawawi

 



Pada Sub Kedua ini, kita akan bersama-sama mempelajari Etika atau Adab Seorang guru dalam belajar. 

Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berusaha memperoleh kepandaian dan ilmu pengetahuan. Artinya semua orang harus mencari ilmu sebanyak-banyaknya serta tidak pernah berhenti untuk mencari berbagai macam ilmu pengetahuan. Terlebih ilmu yang diminati atau lebih spesifiknya mendalami cabang ilmu yang dinilai dapat mengembangkan potensi diri. Misalnya mendalami ilmu agama, ilmu sosial, ilmu teknologi dan sebagainya.

Istilah belajar identik dengan para pelajar atau siswa/santri. Namun belajar tidak hanya berlaku bagi para pelajar saja, akan tetapi bagi seorang guru belajar adalah hal yang paling utama. Mengapa demikian? Karena seorang guru akan menjadi poros utama sukses dan tidaknya dalam mengajar dan mendidik siswa. Bagaimana mungkin guru dapat mengajar tanpa ia belajar terlebih dahulu. Misalnya ia akan mengajar Matematika besok pagi, tentu malam harinya ia harus menyiapkan berbagai macam metode dan bahan ajar. ia akan mempelajari materi dengan sungguh-sungguh agar hasilnya maksimal.

Saat ini, masih banyak ditemukan guru yang mulai meninggalkan aktivitas belajar. Terbukti tidak banyak diantara mereka yang mau membaca dan menulis. Mereka lebih asyik dengan dunia barunya. Banyak waktu yang dihabiskan untuk berkumpul atau konkow yang kurang bermanfaat bahkan sering dijumpai mereka suka berkumpul hanya untuk membicarakan hal yang kurang penting. Misalnya menghibah, main game dan nonton film drakor atau sejenisnya. Memang hal tersebut tidak ada salahnya, akan tetapi jauh lebih bermanfaat apabila waktu luang itu digunakan untuk membaca koran, buku dan majalah untuk meningkatkan keilmuannya. 

Sa'id bin Jabir mengatakan bahwa 

"Seseorang akan terus bertambah ilmunya selagi ia masih ingin selalu belajar. Ketika ia enggan untuk belajar dan telah merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya maka ia adalah orang paling bodoh yang akan hidup dengan kebodohannya sendiri"

Walaupun seorang guru telah memiliki derajat yang tinggi dan terkenal dengan keilmuannya, Hendaknya ia harus menyadari bahwa dirinya adalah seorang masih memiliki kekurangan. untuk dapat menutupi kekurangan tersebut ia harus rajin mencari ilmu pengetahuan yang baru. Mungkin saja Guru dapat bertanya kepada siswanya apabila ia kurang mengetahui atau menguasai bidang tertentu. Sebagai contoh Sahabat bertanya kepada Tab'in, kemudian Tabi'in bertanya kepada Tab'ut Tabi'in.

Dari pernyataan di atas dapat diambil hikmahnya yaitu:

1. Seorang Guru harus senantiasa memiliki sifat rendah hati. merasa dirinya masih kurang sehingga akan lahir ghirah belajar dengan memperbanyak membaca dan mempelajari hal baru yang menjadi bidang keahliannya;

2. Seorang Guru hendaknya memposisikan aktivitas keilmuannya sebagai tujuan utama. Artinya Guru harus tetap fokus dalam belajar dan apabila ada aktivitas lain maka ia dapat mengerjakannya setelah selesai belajar;

3. Seorang guru hendaknya menuliskan keahliannya sebagai bukti nyata ilmu yang dimilikinya. Seperti melakukan penelitian, membuat karya ilmiah berupa jurnal, artikel dan buku;

4. Seorang guru harus tetap waspada dan ekstra hati-hati ketika ia hendak menuliskan sesuatu. karena apabila ia menulis yang bukan bidang keahliannya maka akan membawa malapetaka bagi dirinya terutama agama;

5. Seorang guru hendaknya cermat dan tidak tergesa-gesa untuk mempublikasikan tulisannya. Ia dapat mengecek dan meneliti kembali tulisannya lalu memperbaikinya. setelah dinilai sudah baik maka tulisan tersebut bisa untuk dipublikasikan;

6. Seorang Guru hendaknya mampu menjabarkan istilah-istilah yang digunakan dengan jelas dan mudah dipahami oleh pembaca;

7. Ketika Guru hendak menulis karya ilmiah baik itu jurnal, artikel dan penelitian maka ia harus menghadirkan hal baru yang belum banyak dikaji. Misalnya membuat jurnal atau artikel dengan tema yang sedang trending atau ramai dibicarakan. Hal ini, akan membuat para pembaca penasaran dan ingin mengetahui isi karya ilmiah tersebut. atau bisa juga ia membuat tema yang sudah ada kemudian dimodifikasi dengan menambahkan referensi dan penjelasan yang belum dikaji/dibahas.

Wallahu'alam bishshowab . . .


Simak penjelasan berikutnya di Part Ke-3 Etika Guru dalam mengajar . . .


Referensi:

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kitab Ta'lim Wal Muta'alim Karya Imam Nawawi

Komentar

Postingan Populer